Sebuah Pengantar: Hidup dalam Realitas
Sebuah Pengantar
The Grand Design
dzargonphysics.blogspot.com. Suatau hari seorang anak sedang berjalan pada sebuah gang dan menemukan seekor anjing galak yang mengejar seseorang. Orang tersebut berlari kencang dengan ketakutan, hingga membuat sang anak membayangkan kejadian tersebut berualng ulang kali. Ternyata Hari itu adalah hari pertama sang anak melihat bintang yang disebut anjing. Pada hari yang sama pula sang anak melihat anjing dengan perangai yang sangat kasar.
Hari-hari berlalu tanpa ada satu orang pun menjelaskan kepada sang anak mengenai anjing. Kondisi tersebut membuat sangat menyimpan sebuah informasi berdasarkan sebuah kejadian yang yang dialami secara langsung. Sebuah Imformasi baru didapatkan dan diletakkan pada bagian kepala yang menyimpan ingatan, sehingga kesan yang akan muncul ketika sang anak melihat seekor anjing akan berlari karena ketakutan.
Realitas yang dibangun oleh anak tersebut tidak memebrikan sedikitpun imformasi yang salah mengenai kejadian yang dia alami beberapa waktu lalu. Hal ini tersimpan dan menjadi dasar pemikiran sang anak untuk beberapa waktu sampai ia (Sang anak) menemukan realitas baru mengenai anjing atau hingga seseorang yang dengan senang hati menjelaskan mengenai anjing sebenarnya.
Meskipun faktanya tidak semua anjing itu jahat adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat ditolak, tetapi sang anak tentu dengan lantang menolak untuk menyetuji gagasan tersebut. Pendapat yang dibangun oleh seorang anak adalah realitas yang ia alami mengenai angjing. Realitas yang dialami tidak salah akan tetapi tidak lengkap. maka realitas adalah kebenaran terbatas.
Awal mula bencana kesalahan.
Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan menganai astronomi, para leluhur kita yang hidup beribu ribu tahun sebelum Internet ditemukan, bahkan Galileo belum merangkai beberapa jenis lensa kemudian dikenal dengan nama teleskop. Realitas yang dibangun nenek moyang kita didasari oleh pengamatan mata. Tidak sedikit kejadian alam yang diamati dan ditarik kesimpulan dangkal mengenai kejadian alam.
Orang-orang dahulu mengamati pergantian siang dan malam, dimana siang muncul matahari dan pada malam hari muncul bulan. Tidak ada satu fakta pun yang mereka temukan kecuali pergantian yang mereka amati, sehingga cerita berkembang tentang dua kekuatan alam yang yang saling berlawanan.
Matahari yang dipercaya oleh leluhur kita sebagai pembawa kehangatan dilambangkan sebagai sesuatu yang memberi kehidupan. Selanjutnya matahari dipuja dan dijadikan dewa yang melambangkan kebenaran, Sebut saja namanya adalah RA, (Dewa Matahari). Hari berganti malam, Bulan pun muncul dan beberapa juta bintang dianataranya. pada zaman permualaan, Bintang belum dipetakan sehingga hanya diangap sebagai pendamping sang bulan. Mitos berkembang, Malam yang mewakilkan perasaan dingin dan gelap dilambangkan sebagai lawan dari cahaya.
Cerita pertarungan antara siang dan malam yang silih berganti membuat tanah tempat dimana mereka berpijak terlihat sebagai panggung yang datar dan maha luas. tidak satupun yang dapat menjelaskan dimana lautan yang luas ini bertepi. Daratan tempat dimana leluhur kita berpijak menjadi penggung pergantian antara siang dan malam. Pengetahuan akan sedikit berkembang dan menujukkan bahwa pergantian siang dan malam diwakilkan oleh Bulan dan Matahari. Esensi baru muncul menggantikan kekuatan para dewa, mereka percaya bahwa Bumi tempat kita berpijak ini adalah tempat di mana Matahari dan Bulan menghabiskan waktu untuk berkejaran sambil mengelilingi bumi. Realitas yang terbangun adalah bumi sebagai pusat rotasi dunia.
Keberadaan realitas yang menunjukkan bahwa Bumi adalah pusat tata surya dimana matahari dan bulan terllihat kompak mengitari bumi bertahan hingga akhir abad 15, Setalah copernicus dan Galileo menentang doktrin Gereja yang berkuasa pada saat itu. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepada sang maestro teleskop, Galilei Galileo.
Silahkan Baca: Kekuatan Hukum Alam dan Sains
Keberadaan realitas yang menunjukkan bahwa Bumi adalah pusat tata surya dimana matahari dan bulan terllihat kompak mengitari bumi bertahan hingga akhir abad 15, Setalah copernicus dan Galileo menentang doktrin Gereja yang berkuasa pada saat itu. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepada sang maestro teleskop, Galilei Galileo.
Silahkan Baca: Kekuatan Hukum Alam dan Sains
0 Response to "Sebuah Pengantar: Hidup dalam Realitas"
Post a Comment